DATA PRIBADI
......................................................................................................................................................
Depok, 25 September 2011
Andi Adrian Sinuhaji
Jln. Gede BTN blok 33 No 23
Depok, 16416
Telepon: 085697090289
Personal Data:
Tempat/tanggal lahir : Depok, 30 Maret 1989
Tinggi/berat badan : 170cm/57kg
Kebangsaan : Indonesia
Status : belum kawin
Riwayat pendidikan :
SD : Mardi Yuana di Depok 1995-2001
SMP : Negeri 4 di Depok 2001-2004
SMA : Negeri 2 di Depok 2004-2007
Universitas : Gunadarma di Depok 2007-2011
Kursus dan Seminar :
Kursus : Multimedia Development, 2010
Workshop : Web Design Using Macromedia Flash, 2010
haihai
Jumat, 30 September 2011
Surat Lamaran
Depok, 25 September 2011
Kepada Yth.,
Kepala bagian HRD
Di tempat
Dengan hormat,
Melalui surat lamaran ini saya sampaikan keinginan saya untuk bergabung menjadi bagian dari perusahaan yang bapak/ibu pimpin. Berikut ini data singkat mengenai saya:
Nama : Andi Adrian Sinuhaji
Tempat/tgl lahir : Depok, 30 Maret 1989
Pendidikan terakhir : S1 Sistem Informasi Universitas Gunadarma
Alamat : Jln. Gede BTN blok 33 No 23 Depok 16416
Telepon : 085697090289
Email : andi_betex8@yahoo.com
Status : single
Saya memiliki kondisi kesehatan yang sangat baik. Saya memiliki kemampuan yang baik dalam berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Latar belakang pendidikan saya sangat memuaskan, hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang saya peroleh selama masa perkuliahan. Saya terbiasa menggunakan aplikasi-aplikasi komputer, terutama MS Office dan dapat menggunakan internet. Saya adalah seseorang yang mau belajar dan mau bekerja keras. Saya dapat bekerja baik dalam tim maupun secara individu.
Sebagai bahan pertimbangan berikut ini saya lampirkan:
1. Daftar riwayat hidup
2. STLS (Surat Tanda Lulus Sementara) S1
3. Sertifikat Bahasa Jepang
4. Transkrip nilai
5. Pas foto terakhir
6. Sertifikat kursus dan workshop
Besar keinginan saya untuk dapat memperkenalkan diri saya lebih jauh lagi kepada bapak/ibu. Demikian surat lamaran ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Andi Adrian Sinuhaji
Kepada Yth.,
Kepala bagian HRD
Di tempat
Dengan hormat,
Melalui surat lamaran ini saya sampaikan keinginan saya untuk bergabung menjadi bagian dari perusahaan yang bapak/ibu pimpin. Berikut ini data singkat mengenai saya:
Nama : Andi Adrian Sinuhaji
Tempat/tgl lahir : Depok, 30 Maret 1989
Pendidikan terakhir : S1 Sistem Informasi Universitas Gunadarma
Alamat : Jln. Gede BTN blok 33 No 23 Depok 16416
Telepon : 085697090289
Email : andi_betex8@yahoo.com
Status : single
Saya memiliki kondisi kesehatan yang sangat baik. Saya memiliki kemampuan yang baik dalam berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Latar belakang pendidikan saya sangat memuaskan, hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang saya peroleh selama masa perkuliahan. Saya terbiasa menggunakan aplikasi-aplikasi komputer, terutama MS Office dan dapat menggunakan internet. Saya adalah seseorang yang mau belajar dan mau bekerja keras. Saya dapat bekerja baik dalam tim maupun secara individu.
Sebagai bahan pertimbangan berikut ini saya lampirkan:
1. Daftar riwayat hidup
2. STLS (Surat Tanda Lulus Sementara) S1
3. Sertifikat Bahasa Jepang
4. Transkrip nilai
5. Pas foto terakhir
6. Sertifikat kursus dan workshop
Besar keinginan saya untuk dapat memperkenalkan diri saya lebih jauh lagi kepada bapak/ibu. Demikian surat lamaran ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Andi Adrian Sinuhaji
Selasa, 17 Mei 2011
Kriteria Manager Proyek Yang Baik
Manager adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran.
Sedangkan PM atau Project Manager adalah orang yang bertanggung jawab pada suatu proyek dan memliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai prosedur internal partai kontrak, dan untuk membentuk hubungan yang erat dengan perwakilan dinominasikan, sangat penting dalam memastikan bahwa isu-isu kunci biaya, waktu, kualitas dan di atas semua, kepuasan klien, dapat diwujudkan.
Umumnya manajer harus memiliki beberapa keterampilan, diantara lain adalah
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang manajer proyek yang baik, yaitu :
http://en.wikipedia.org/wiki/Project_management#Project_managers
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
Sedangkan PM atau Project Manager adalah orang yang bertanggung jawab pada suatu proyek dan memliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai prosedur internal partai kontrak, dan untuk membentuk hubungan yang erat dengan perwakilan dinominasikan, sangat penting dalam memastikan bahwa isu-isu kunci biaya, waktu, kualitas dan di atas semua, kepuasan klien, dapat diwujudkan.
Umumnya manajer harus memiliki beberapa keterampilan, diantara lain adalah
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang manajer proyek yang baik, yaitu :
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Sebagai manajer proyek atau PM harus juga memiliki karakter sebagai berikut :
Karakter Pribadinya
- Memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.
- Mampu bertindak sebagai seorang pengambil keputusan yang handal dan bertanggung jawab.
- Memiliki integritas diri yang baik namun tetap mampu menghadirkan suasana yang mendukung di lingkungan tempat dia bekerja.
- Asertif
- Memiliki pengalaman dan keahlian yang memadai dalam mengelola waktu dan manusia.
Karakteristik Kemampuan Terkait dengan Proyek yang Dikelola
- Memiliki komitmen yang kuat dalam meraih tujuan dan keberhasilan proyek dalam jadwal, anggaran dan prosedur yang dibuat.
- Pelaksanakan seluruh proses pengembangan proyek IT sesuai dengan anggaran dan waktu yang dapat memuaskan para pengguna/klien.
- Pernah terlibat dalam proyek yang sejenis.
- Mampu mengendalikan hasil-hasil proyek dengan melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja yang disesuaikan dengan standar dan tujuan yang ingin dicapai dari proyek yang dilaksanakan.
- Membuat dan melakukan rencana darurat untuk mengantisipasi hal-hal maupun masalah tak terduga.
- Membuat dan menerapkan keputusan terkait dengan perencanaan.
- Memiliki kemauan untuk mendefinisikan ulang tujuan, tanggung jawab dan jadwal selama hal tersebut ditujukan untuk mengembalikan arah tujuan dari pelaksanaan proyek jika terjadi jadwal maupun anggaran yang meleset.
- Membangun dan menyesuaikan kegiatan dengan prioritas yang ada serta tenggat waktu yang ditentukan sebelumnya.
- Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
- Mampu membuat perencanaan dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Karakteristik Kemampuan Terkait dengan Tim yang Dipimpin
- Memiliki kemampuan dan keahlian berkomunikasi serta manajerial.
- Mampu menyusun rencana, mengorganisasi, memimpin, memotivasi serta mendelegasikan tugas secara bertanggung jawab kepada setiap anggota tim.
- Menghormati para anggota tim kerjanya serta mendapat kepercayaan dan penghormatan dari mereka.
- Berbagi sukses dengan seluruh anggota tim.
- Mampu menempatkan orang yang tepat di posisi yang sesuai.
- Memberikan apresiasi yang baik kepada para anggota tim yang bekerja dengan baik.
- Mampu mempengaruhi pihak-pihak lain yang terkait dengan proyek yang dipimpinnya untuk menerima pendapat-pendapatnya serta melaksanakan rencana-rencana yang disusunnya.
- Mendelegasikan tugas-tugas namun tetap melakukan pengendalian melekat.
- Memiliki kepercayaan yang tinggi kepada para profesional terlatih untuk menerima pekerjaan-pekerjaan yang didelegasikan darinya.
- Menjadikan dirinya sebagai bagian yang terintegrasi dengan tim yang dipimpinnya.
- Mampu membangun kedisiplinan secara struktural.
- Mampu mengidentifikasi kelebihan-kelebihan dari masing-masing anggota tim serta memanfaatkannya sebagai kekuatan individual.
- Mendayagunakan setiap elemen pekerjaan untuk menstimulasi rasa hormat dari para personil yang terlibat dan mengembangkan sisi profesionalisme mereka.
- Menyediakan sedikit waktu untuk menerima setiap ide yang dapat meningkatkan kematangan serta pengembangan dirinya.
- Selalu terbuka atas hal-hal yang mendorong kemajuan.
- Memahami secara menyeluruh para anggota tim yang dipimpinnya dan mengembangkan komunikasi efektif di dalamnya.
http://en.wikipedia.org/wiki/Project_management#Project_managers
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
Minggu, 10 April 2011
COCOMO
Pada tahun 1981,studi 63 proyek juga diadakan di TRW Aerospace yang mana Barry Boehm sebagai direktur riset perangkat lunak dan teknologi.
Proyek-proyek ini didasarkan pada model pengembangan perangkat lunak waterfall yang merupakan proses pembangunan software di tahun 1981.
Referensi untuk model ini biasa disebut COCOMO 81.
Pada tahun 1997, COCOMO II telah dikembangkan dan akhirnya diterbitkan pada tahun 2000 dalam buku Software Cost Estimation with COCOMO II.
COCOMO II adalah pengembangan dari COCOMO 81 dan lebih cocok untuk mengestimasi proyek pengembangan perangkat lunak modern,
dan basis data proyek yang telah diperbaharui.
Dasar perhitungan:
effort = C x sizeM
C dan M adalah koefisien konstanta ( > 1 ),
targantung pada tipe proyek dan organisasi, dengan cara melihat Tabel Konstanta (sudah tersedia dari penelitian).
COCOMO terdiri dari tiga bentuk hirarki, yaitu:
1. Basic (COCOMO I 1981)
Tingkat pertama ini sangat baik digunakan untuk order awal dan estimasi kasar besarnya biaya perangkat lunak.
Namun, akurasinya terbatas karena kurangnya faktor perhitungan perbedaan atribut proyek (cost drivers).
2. Intermediate (COCOMO II 1999)
Tingkat kedua ini akan mengambil dan menghitung besarnya program dan
cost drivers (faktor-faktor yang berpengaruh langsung kepada proyek), spt: hardware, personnel, dan atribut-atribut proyek.
3. Detailed COCOMO
Tingkatan terakhir ini merupakan catatan tambahan untuk pengaruh fase proyek individu.
Tahap ini akan memperhitungkan semua karakteristik dari intermediate di atas dan cost driver dari setiap fase dalam SW life cycles (analisis, design, implementasi, dll).
untuk penghitungan estimasi biaya dan waktu ada 2 pendekatan, pendekatannya yaitu :
- Top down (analogi histori dan informasi)
dari analisa bisnis sampai ke detail.
- Bottom up
dari estimasi masing-masing aktivitas proyek dikumpulkan secara total.
Ada terdapat 14 pos kompleksitas factor (cost drivers), yaitu:
1. Backup dan recovery
2. Komunikasi data
3. Proses terdistribusi
4. Kepentingan performa
5. Keberadaan lingkungan operasi
6. Online data entry
7. Input melalui bbrp tampilan/operasi
8. Peng-update-an file master secara online
9. Kompleksitas nilai ‘domain’ (tahap1) di matas
10. Kompleksitas proses internal aplikasi
11. Perulangan (reuse) penggunaan code
12. Ketersediaan rancangan untuk konversi dan instalasi
13. Rancangan untuk pengulangan instalasi di lingkungan yg berbeda
14. Fleksibiltas bagi pemakai
sumber: http://freezcha.wordpress.com/2011/04/09/cocomo/
http://haryanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/16702/COCOMO.ppt
Proyek-proyek ini didasarkan pada model pengembangan perangkat lunak waterfall yang merupakan proses pembangunan software di tahun 1981.
Referensi untuk model ini biasa disebut COCOMO 81.
Pada tahun 1997, COCOMO II telah dikembangkan dan akhirnya diterbitkan pada tahun 2000 dalam buku Software Cost Estimation with COCOMO II.
COCOMO II adalah pengembangan dari COCOMO 81 dan lebih cocok untuk mengestimasi proyek pengembangan perangkat lunak modern,
dan basis data proyek yang telah diperbaharui.
Dasar perhitungan:
effort = C x sizeM
C dan M adalah koefisien konstanta ( > 1 ),
targantung pada tipe proyek dan organisasi, dengan cara melihat Tabel Konstanta (sudah tersedia dari penelitian).
COCOMO terdiri dari tiga bentuk hirarki, yaitu:
1. Basic (COCOMO I 1981)
Tingkat pertama ini sangat baik digunakan untuk order awal dan estimasi kasar besarnya biaya perangkat lunak.
Namun, akurasinya terbatas karena kurangnya faktor perhitungan perbedaan atribut proyek (cost drivers).
2. Intermediate (COCOMO II 1999)
Tingkat kedua ini akan mengambil dan menghitung besarnya program dan
cost drivers (faktor-faktor yang berpengaruh langsung kepada proyek), spt: hardware, personnel, dan atribut-atribut proyek.
3. Detailed COCOMO
Tingkatan terakhir ini merupakan catatan tambahan untuk pengaruh fase proyek individu.
Tahap ini akan memperhitungkan semua karakteristik dari intermediate di atas dan cost driver dari setiap fase dalam SW life cycles (analisis, design, implementasi, dll).
untuk penghitungan estimasi biaya dan waktu ada 2 pendekatan, pendekatannya yaitu :
- Top down (analogi histori dan informasi)
dari analisa bisnis sampai ke detail.
- Bottom up
dari estimasi masing-masing aktivitas proyek dikumpulkan secara total.
Ada terdapat 14 pos kompleksitas factor (cost drivers), yaitu:
1. Backup dan recovery
2. Komunikasi data
3. Proses terdistribusi
4. Kepentingan performa
5. Keberadaan lingkungan operasi
6. Online data entry
7. Input melalui bbrp tampilan/operasi
8. Peng-update-an file master secara online
9. Kompleksitas nilai ‘domain’ (tahap1) di matas
10. Kompleksitas proses internal aplikasi
11. Perulangan (reuse) penggunaan code
12. Ketersediaan rancangan untuk konversi dan instalasi
13. Rancangan untuk pengulangan instalasi di lingkungan yg berbeda
14. Fleksibiltas bagi pemakai
sumber: http://freezcha.wordpress.com/2011/04/09/cocomo/
http://haryanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/16702/COCOMO.ppt
Senin, 21 Maret 2011
Mengapa kita dianjurkan menggunakan software open source?
Menurut saya sofware open source adalah software yang tidak memiliki hak cipta (copyright) dan source codenya itu bersifat publik domain jadi kita (user) bebas untuk memodifikasi software sesuai kebutuhan dana keinginan,
namun dalam beberapa kasus program executablenya bersifat publik domain namun source kodenya tidak tersedia.
Karena pemilik Hak Cipta Free software ini memberikan izin kepada orang lain untuk menggunakannnya secara bebas dengan menggunakan lisensi free software.
Dalam beberapa kasus untuk memobilisasi banyak orang dapat dilakukan dengan biaya rendah (dan bahkan gratis).
contohnya dalam kasus Linux programmer yang terlibat dalam pengembangan Linux mencapai ribuan orang.
Bayangkan jika mereka harus digaji sebagaimana layaknya programmer yang bekerja
di perusahaan yang khusus mengembangkan software untuk dijual.
Kumpulan skill ini memiliki nilai yang berlipat-lipat tidak sekedar ditambahkan saja.
Untuk menemukan kesalahan (bugs) dalam software diperlukan usaha yang luar biasa.
Eric Raymond menyebut Linus’ Law yang berisi: “Given enough eyeballs, all bugs are shallow”.
Menemukan sumber kesalahan ini merupakan salah satu hal yang tersukar dan mahal.
Jumlah voluntir yang banyak ini meningkatkan probabilitas ditemukannya bugs. (Somebody finds the problem and somebody else understands it.)
hal ini mengurangi biaya pengeluaran dari perusahaan yang menggunakan software open source.
Keuntungan yang lain adalah kegiatan debugging (menganalisa bug) dapat dilakukan secara paralel. Hal ini memudahkan para pengembang software dan sangat menghemat waktu dan biaya.
sumber:
(http://www.cert.or.id/~budi/articles/Bisnis-Open-Source.doc)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Program_komputer)
namun dalam beberapa kasus program executablenya bersifat publik domain namun source kodenya tidak tersedia.
Karena pemilik Hak Cipta Free software ini memberikan izin kepada orang lain untuk menggunakannnya secara bebas dengan menggunakan lisensi free software.
Dalam beberapa kasus untuk memobilisasi banyak orang dapat dilakukan dengan biaya rendah (dan bahkan gratis).
contohnya dalam kasus Linux programmer yang terlibat dalam pengembangan Linux mencapai ribuan orang.
Bayangkan jika mereka harus digaji sebagaimana layaknya programmer yang bekerja
di perusahaan yang khusus mengembangkan software untuk dijual.
Kumpulan skill ini memiliki nilai yang berlipat-lipat tidak sekedar ditambahkan saja.
Untuk menemukan kesalahan (bugs) dalam software diperlukan usaha yang luar biasa.
Eric Raymond menyebut Linus’ Law yang berisi: “Given enough eyeballs, all bugs are shallow”.
Menemukan sumber kesalahan ini merupakan salah satu hal yang tersukar dan mahal.
Jumlah voluntir yang banyak ini meningkatkan probabilitas ditemukannya bugs. (Somebody finds the problem and somebody else understands it.)
hal ini mengurangi biaya pengeluaran dari perusahaan yang menggunakan software open source.
Keuntungan yang lain adalah kegiatan debugging (menganalisa bug) dapat dilakukan secara paralel. Hal ini memudahkan para pengembang software dan sangat menghemat waktu dan biaya.
sumber:
(http://www.cert.or.id/~budi/articles/Bisnis-Open-Source.doc)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Program_komputer)
Kamis, 23 Desember 2010
Pendekatan Pengembangan Sistem
Pendekatan Pengembangan Sistem
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu
Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke
Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah.
Pendekatan Klasik
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan
Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan
Klasik adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam
mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan
perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh
pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan
alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data
dictionary), tabel keputusan (decision table). diagram IPO, bagan
terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan
pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan
teknik-teknik tersebut.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan
karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan
kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan
teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung
oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap
dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu
pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
3. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahankesalahan
sistem akan menjadi lebih besar.
4. Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem
terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital
untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan
Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba
menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
Pendekatan terstruktur (Structured Approach)
Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknikteknik
yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir
dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya
didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi pengembangan
sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan baik dalam bukubuku,
maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan pengembang sistem.
Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem yang terstruktur.
Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep
yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk
alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang banyak digunakan
di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam
mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang
memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahanpermasalahan
yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil
dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan
pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya,
sesuai dengan anggaran biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitasnya akan lebih baik (bebas kesalahan).
Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari
perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke
level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi
tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari
bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan
istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan
diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti
datanya.
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari
level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai
dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah
selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan
informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke
pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedurprosedur
operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri
pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap
analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang
menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah
didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi
tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak
memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran
dari kegiatan atau aplikasi itu saja).
Pendekatan Sistem (systems approach)
Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi
untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran
organisasi secara global.
Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)
Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh,
sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).
Pendekatan Moduler (modular approach)
Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang
sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, tepat
waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)
Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak
menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi,
terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasiaplikasi
yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode
berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.
Keuntungan pendekatan terstruktur :
1. Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).
2. Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).
3. Standarisasi (standardization).
4. Orientasi ke masa datang (future orientation).
5. Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry).
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu
Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke
Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah.
Pendekatan Klasik
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan
Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan
Klasik adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam
mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan
perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh
pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan
alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data
dictionary), tabel keputusan (decision table). diagram IPO, bagan
terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan
pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan
teknik-teknik tersebut.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan
karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan
kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan
teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung
oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap
dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu
pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
3. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahankesalahan
sistem akan menjadi lebih besar.
4. Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem
terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital
untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan
Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba
menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
Pendekatan terstruktur (Structured Approach)
Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknikteknik
yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir
dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya
didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi pengembangan
sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan baik dalam bukubuku,
maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan pengembang sistem.
Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem yang terstruktur.
Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep
yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk
alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang banyak digunakan
di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam
mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang
memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahanpermasalahan
yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil
dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan
pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya,
sesuai dengan anggaran biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitasnya akan lebih baik (bebas kesalahan).
Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari
perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke
level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi
tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari
bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan
istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan
diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti
datanya.
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari
level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai
dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah
selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan
informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke
pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedurprosedur
operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri
pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap
analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang
menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah
didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi
tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak
memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran
dari kegiatan atau aplikasi itu saja).
Pendekatan Sistem (systems approach)
Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi
untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran
organisasi secara global.
Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)
Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh,
sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).
Pendekatan Moduler (modular approach)
Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang
sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, tepat
waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)
Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak
menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi,
terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasiaplikasi
yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode
berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.
Keuntungan pendekatan terstruktur :
1. Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).
2. Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).
3. Standarisasi (standardization).
4. Orientasi ke masa datang (future orientation).
5. Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry).
Jumat, 26 November 2010
Ubah imej, Miyabi ganti nama menjadi Pauline
VIVAnews - Maria Ozawa alias Miyabi kembali eksis dengan membintangi layar lebar horor Indonesia berjudul 'Hantu Tanah Kusir'. Bintang panas asal Jepang ini menjadi pemeran utama dalam film hasil karya rumah produksi Maxima Pictures itu.
Menurut Ody Mulya Hidayat, produser Maxima Pictures, Miyabi senang bisa bermain di film horor. Aktris cantik ini, lanjutnya, berniat untuk mengubah imej-nya sebagai bintang panas.
"Demi ubah imej, Miyabi juga sudah resmi ganti nama jadi Pauline. Nama ini khusus untuk karirnya di Indonesia, agar tidak menimbulkan kontroversi dan stigma yang macam-macam," ucap Ody saat dihubungi VIVAnews lewat telepon, 25 November 2010.
Nama Pauline ini juga dipakai untuk karakternya dalam film 'Hantu Tanah Kusir'. Dalam film itu, Miyabi atau Pauline, berlakon sebagai reporter asal Jepang yang ingin membuat penelitian tentang transportasi di Indonesia.
"Dia (Miyabi) mati-matian ingin mengubah imej-nya yang dianggap 'kotor' oleh masyarakat kita. Dia bilang lebih senang disebut sebagai bintang film horor, karena dia memang memulai karir sebagai aktris film horor," tambah Ody.
Ody menuturkan harapannya agar Miyabi atau Pauline bisa diterima di Indonesia. Karena, lanjutnya, aktris asal Jepang itu memiliki kualitas akting yang bagus untuk dikembangkan.
"Saya berharap semua pihak bisa mengerti dengan kondisi ini. Dia punya hak untuk bekerja di Indonesia. Toh dia datang ke sini untuk ubah imej dan sudah ganti nama menjadi Pauline. Demi menghilangkan imej Miyabi si 'bintang porno'," kata produser itu. (sj)
sumber : Vivanews.com
Menurut Ody Mulya Hidayat, produser Maxima Pictures, Miyabi senang bisa bermain di film horor. Aktris cantik ini, lanjutnya, berniat untuk mengubah imej-nya sebagai bintang panas.
"Demi ubah imej, Miyabi juga sudah resmi ganti nama jadi Pauline. Nama ini khusus untuk karirnya di Indonesia, agar tidak menimbulkan kontroversi dan stigma yang macam-macam," ucap Ody saat dihubungi VIVAnews lewat telepon, 25 November 2010.
Nama Pauline ini juga dipakai untuk karakternya dalam film 'Hantu Tanah Kusir'. Dalam film itu, Miyabi atau Pauline, berlakon sebagai reporter asal Jepang yang ingin membuat penelitian tentang transportasi di Indonesia.
"Dia (Miyabi) mati-matian ingin mengubah imej-nya yang dianggap 'kotor' oleh masyarakat kita. Dia bilang lebih senang disebut sebagai bintang film horor, karena dia memang memulai karir sebagai aktris film horor," tambah Ody.
Ody menuturkan harapannya agar Miyabi atau Pauline bisa diterima di Indonesia. Karena, lanjutnya, aktris asal Jepang itu memiliki kualitas akting yang bagus untuk dikembangkan.
"Saya berharap semua pihak bisa mengerti dengan kondisi ini. Dia punya hak untuk bekerja di Indonesia. Toh dia datang ke sini untuk ubah imej dan sudah ganti nama menjadi Pauline. Demi menghilangkan imej Miyabi si 'bintang porno'," kata produser itu. (sj)
sumber : Vivanews.com
Langganan:
Postingan (Atom)